Pariwisata Indonesia masih tertinggal dibandingkan
negara-negara se-Asean lainnya. Di tingkat Asean Indonesia hanya menempati
ranking 5, Ssmentara di tingkat dunia ada di posisi 4. Meski demikian ada tren
yang menggembirakan karena tahun ini pariwisata Indonesia naik 10%. Padahal
Malaysia hanya tumbuh 6%.
Daftar peringkat menyebutkan Malaysia dan Thailand yang
menempati peringkat II dan III Asen di tingkat internasional menempati urutan
ke 35 dan 41 dunia. Malaysia yang terkenal dengan slogan Trully Asia berada dua
kali lipat diatas posisi Indonesia.
Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Abdul Kadir, mengatakan pemeringkatan itu
seharusnya lebih spesifik ditujukan terhadap destinasi wisata. Abdul pun tak
sepakat jika infrastruktur pariwisata Indonesia disebut lebih rendah dibanding
negara tetangga.
“Infrastruktur yang mana? Kalau jumlah wisatawan
mancanegara, kita punya lebih banyak dibanding negara tetangga. Tahun lalu saja
jumlahnya 7,6 juta,” kata Abdul.
Ia mengakui, jumlah wisatawan mancanegara yang mendatangi
Malaysia, Singapura, dan Thailand memang sudah lebih dari 10 juta setahun.
Sementara Indonesia tahun lalu hanya 7,6 juta. Namun dirinya yakin jika
dilihat dari sisi pertumbuhan, Indonesia patut berbangga karena jumlah wisman
rata-rata naik mendekati 10 persen per tahun. “Kita dari 7 juta menjadi 7,6
juta, sedangkan pertumbuhan wisman mereka rata-rata hanya 6 persen,” ujar
Abdul.
Dari sisi destinasi, lanjut Abdul, Indonesia adalah negara
terakhir dalam rute penerbangan di ASEAN. Hal itulah yang menurutnya menjadi
perjuangan berat bagi Indonesia untuk menggenjot pertumbuhan wisman. Ini
terutama karena minimnya penerbangan ke daerah-daerah di Indonesia.
“Infrastruktur itu tergantung ke destinasi. Kalau ke negara lain kan
penerbangan banyak,” ucap Abdul.
Sementara jika dihitung dari multiplier effect-nya, Abdul
yakin Indonesia lebih unggul dibanding negara tetangga karena di Indonesia
terdapat 75 sektor yang terkena dampak pariwisata, seperti agrikultur dan
manufaktur.
Kementrian pariwisata juga mengklaim, wisatawan yang datang
ke Indonesia tidaklah sama dengan peminat pariwisata negeri tetangga.
Pariwisata Indonesia, kata Abdul, memiliki wisata minat khusus, bukan mass
tourism. Dia mencontohkan, turisme massal itu seperti ke Bali dan Jakarta.
“Sedangkan ke Raja Ampat misalnya, kan hanya bagi wisman
yang suka diving. Rata-rata mereka tinggal di sana sebulan. Tapi kalau di
Malaysia rata-rata paling lama hanya 7 hari,” ujar Abdul.
Sementara dari sisi infrastruktur, Abdul beralasan, jika
pariwisata dengan minat khusus seperti mendaki gunung ditangani dengan
perbaikan infrastruktur jalan di gunung itu, maka hal itu tidak akan menjadi
pengalaman khusus lagi. “Nggak asyik kalau jalannya diaspal, karena nggak dapat
pengalaman bertualangnya,” ujar Abdul.
Sumber: http://surabayapost.co.id
Jalan laut hrs diperbaiki dg kapal2 yg modern, akan mendongkrak turis berkunjung meningkat dan pantai hrs ditata letak tata tanaman serta diadakan kegiatan penduduk setempat bekaitan pantai.
BalasHapusPotensi wisata Indonesia harusnya lebih hebat dari Malaysia (melayu doang, kalah promosi dan strategi )
BalasHapus